Kamis, 26 April 2012

Tari Beskalan

TARI BESKALAN

Tari Beskalan dari Kabupaten Malang – Jawa Timur, yaitu sebuah tari putri yang berkembang di Kabupaten Malang yang berfungsi sebagai tari upacara, khususnya yang berkaitan dengan upacara kesuburan, dan efek magi simpatetik bagi kepentingan masyarakat setempat, yaitu yang memiliki latar belakang kehidupan sebagai petani (budaya agraris). Adapun alasan untuk mengkaji “Tari Beskalan” berdasarkan paradigma “komunikasi” adalah ingin mengetahui keberadaan tari Beskalan secara lebih esensial, yaitu berkaitan dengan aspek-aspek ekspresi kebudayaan dari masyarakat setempat (pendukungnya).
Disamping itu, obyek kajian yang diajukan merupakan salah satu hasil penelitian penulis (Hidajat. 2001) yang menggunakan pendekatan etnografi tari berdasarkan paradikma fungsional struktural, yaitu mengacu pada model yang telah dikembangkan oleh Andreanne L. Kaeppler dalam menganalisa tari Tonga, dan Ban Suharto yang menganalisa tari Gambyong. (Suharto 1985:4 ).
Berdasarkan penelitian tersebut, penulis telah memperoleh sejumlah sajian unsur-unsur gerak tari secara struktural dan kaitan hirarkisnya. Hal ini tentu akan memberikan dukungan yang mempermudah penulis dalam menyimak lebih tajam, khususnya yang berhubungan dengan pardigma semiologi; ilmu yang mencoba untuk memahami tanda-tanda dengan cara khusus. (Purwasito 2001:. 2). Hal ini dapat mengacu pada terminologi dari semiologi itu sendiri, yaitu sebagai berikut: Semio berasal dari kata bahasa Latin semion, yang bebrarti: tanda dan logi berasal dari logos yang berarti ilmu pengetahuan. (Arthur Asa Berger 2000: hal 3. Kurniawan 2001:49).
Lebih spesifik adalah sebuah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengan: cara befungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaanya oleh mereka yang mempergunakannya. Apabila studi tentang tanda ini berpusat pada penggolongannya, pada hubungannya dengan tanda-tanda lain (Panuti Sudjiman dan Aart van Soest 1992: 5-6).
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa tari lebih mendasarkan diri pada pendekatan komunikasi, dan istilah mengkhususkan pada Semiologi. Pendekatan ini digunakan, khsususnya untuik mengkaji lebih sistematis adanya tanda-tanda yang terwujud dalam sebuah koreografi tradisional yang berjudul: Tari Beskalan.
Penggunaaan pendekatan Semiologi didasarkan, bahwa keberadaan sebuah tarian memiliki kedekatan dengan kenyataan bahasa (language), setidaknya tercermin dalam bentuk struktur koreografinya. Secara umum, struktur dimaksudkan sebagai suatu susunan berbagai unsur dasar dari masing-masing pernyataan estetik hingga menjadi “wujud” adalah suatu penampakan lahiriah (visual) yang hadir berupa adanya penyusunan, yaitu meliputi juga adanya pertautan yang khas hingga terjalin hubungan-hubungan yang berarti diantara bagian demi bagian dari kesatuan perwujudan sebuah koreografi (Djelantik 1990: 18). Hal ini dapat dibadingkan dengan pengertian struktur dalam sastra, yaitu sebuah bangun, di dalamnya terdiri dari unsur-unsur, tersusun menjadi suatu kerangka bangun yang khas (Longewort 1973: 48).
Secara struktural tari Beskalan telah terungkap melalui penelitian penulis, sehingga hasil penelitian tersebut merupakan subyek kajian pokok. Maka pengajian semiotika terhadap tarian tersebut diharapkan dapat terungkap sejumlah pemahaman tentang tanda-tanda yang tercakup dalam struktur tari tersebut.
Sebelum melangkah lebih mendalam, terlebih dahulu penulis akan mengemukakan perhatian yang lebih mengkhusus tentang pemahaman akan “tanda” khususnya berkaitan dengan koreografi, dengan harapan analisis tetang tanda-tanda dalam koreografi akan lebih terarah. Hal ini dikemukakan pada bagian yang disebut : Strategi Analisis.
Pengertian Beskalan
Menurut istilah Beskalan berasal dari istilah bahasa Jawa setempat (Malang) yaitu dari akar kata Bit-Kal. Bit berawal dari kata Bibit atau bakal, dan kal berasal dari kata Cikal atau Awal (kawitan). Perpaduan dari kata tersebut menjadi kata Cikal-Bakal atau bibit kawit, yaitu asal mula. Bahwa Beskalan itu memang benar berasal dari kata bahasa Jawa yang disebut Cikal, yang artinya awal atau permulaan. Pengertian ini merujuk pada kata cikal itu berkaitan dengan kelapa (Cikal). Hubungan ini menunjukan adanya kaitan dengan sebutan gending Kalapa nDek (Kelapa pendek), gending tersebut kemudian dikenal dengan sebutan gending Beskalan. Sumantri menandaskan, bahwa istilah gending Beskalan dalam kalangan masyarakat tayub sebenarnnya tidak populer, tetapi istilah kelapa nDek cukup dikenal.
Pengertian Beskalan yang di pahami memiliki makna awal atau permulaan, pertimbangan itu dikaitkan dengan seni pertunjukan yang erat kaitannya dengan tarian tersebut, seperti ludruk atau tayub. Pada seni pertunjukan ludruk atau tayub pada waktu yang lampau selalu diawali dengan sajian tari Beskalan sebagai tari pembukaan. Mengingat dalam Wayang Topeng Malang tari pembukaan, yaitu tari yang untuk mengawali pertunjukan juga disajikan tari Beskalan Patih. Tarian ini berupa tari putra yang disajikan dua orang yang memakai topeng merah dan putih, adapun gending pengiring tarian tersebut adalah gending Beskalan. Maka tidak mustahil kalau geding itu memang sudah akrab dengan masyarakat.
Menyimak peristilahan yang dikemukakan tersebut, dimungkinkan pengertian Beskalan memiliki konotasi yang erat kaitannya dengan bentuk upacara yang berkaitan dengan esensi tanah, maka bukan tidak mungkin ritus yang dikaitkan dengan tari tersebut adalah bentuk ritus kesuburan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar