Menurut Chattam AR, Beskalan memang tarian yang khas Malang, kepopulerannya memang mendahului seni pertunjukan yang lain. Hal ini dikarenakan oleh fungsi tari Beskalan itu sendiri. Tarian itu semula merupakan sebuah bentuk tari ritual, utamanya yang berhubungan dengan ritus tanah (kesuburan). Kebiasaan masyarakat di Malang, jika akan membuka lahan atau mendirikan bangunan-bangunan besar. Pada waktu mengawali menggali tanah selalu diadakan upacara menanam tumbal, umumnya yang ditanam adalah kepala seekor kerbau yang sebelumnya mengucurkan darahnya, sebagai bukti adanya kurban. Pada waktu itu pula diselenggarakan pementasan Tayub yang diawali dengan tari Beskalan. Beskalan ini merupakan simbol, dan juga memiliki makna yang sama dengan Cok Bakal (Sesajen). Yaitu simbol dari asal mula kehidupan. Diceritakan bahwa pada waktu yang lampau ketika tanah Jawa masih belum berpenghuni, Tanah di Jawa ini merupakan daerah yang sakral dan angker. Maka tidak ada manusia yang dapat hidup disana. Seseorang yang tak dikenal menyarankan untuk menaruh tumbal yang disebut Cok bakal, setelah itu tanah Jawa dapat dihuni oleh manusia. Adanya simbol ini, tampaknya ada kaitannya dengan tari Beskalan. Maka tidak mustahil kalau tari Beskalan ini memang tari yang pertama kali muncul di Malang.
Sumber tentang asal usul Beskalan yang lain diperoleh dari Karimoen, pimpinan Grup Wayang Topeng Asmorobangun dari Kedungmonggo. Bahwa Beskalan itu adalah nama sebuah gending (Lagu musik). Gending tersebut merupakan gending yang telah populer, utamanya dikalangan seni pertunjukan Wayang Topeng. Karena gending tersebut merupakan gending untuk mengiringi tari pembukaan Wayang Topeng yang disebut Tari topeng patih atau disebut tari Topeng Bang-Tih (Abang – Putih). Sumantri juga membenarkan, bahwa topeng patih itu menggunakan gending pengiring yang disebut geding Beskalan. Untuk itu masyarakat menyebut topeng patih itu dengan istilah Tari Beskalan Patih atau Tari Beskalan Lanang, karena yang menarikan adalah laki-laki. Chattam AR dapat menerima, jika tari Beskalan itu juga ada kaitannya dengan Wayang Topeng. Karena Wayang Topeng itu memang lebih tua. Pertimbangan itu juga didasarkan oleh materi cerita (Lakon) yang menggunakan cerita Panji, yaitu cerita yang bersumber dari jaman kerajaan Kediri. Sungguhpun cerita panji yang berkembang di Wayang Topeng itu merupakan cerita rakyat yang diturunkan secara lisan. tetapi Chattam AR juga berasumsi lain. Karena Beskalan ini ada kaitannya dengan upacara kesuburan, setidaknya memiliki kaitan dengan seni pertunjukan yang lain. Beliau mengemukakan, bahwa di daerah Ngantang memiliki tradisi upacara yang berkaitan dengan air. Upacara itu dilakukan di setiap babakan (Tempat mandi disungai). Pada puncak acara digelar tarian yang disebut Cenceng Goleng. Pada tarian itu ada gerakan yang disebut Gendewa. Sementara dalam tari Beskalan juga memiliki gerakan Gendewa tersebut. Menurut pemahamannya Chattam AR, bahwa gerakan “Gendewa” ini memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan perjumpaan penari dengan arwah leluhur. Sudah barang tentu yang berkaitan dengan upacara yang dilakukan untuk menghormati tempat-tempat mengambil air tersebut.
Berkaitan dengan penghormatan arwah nenek moyang, maka bukan tidak mungkin tari Beskalan adalah salah satu bentuk tari pemujaan leluhur, yang sebagai harapan adalah untuk kebutuhan-kebutuhan yang ditujukan sebagai upaya pengharapan, termasuk kesehatan, kesuburan, dan manivestasi tanah dalam memberikan rejeki yang melimpah.
Eksistensi tari Beskalan tampak dalam memberikan kemungkinan hadir sebagai media dalam berbagai ritus, bahkan diikuti dengan mitologi yang memberikan dukungan kelangsungan eksistensialnya.
Tari Beskalan sebagai tari ritual, dibenarkan oleh Rasimoen pimpinan Wayang Topeng Sri Margoutomo dari desa Gelagah Dowo – Tumpang. Tari Beskalan merupakan tari yang diwajibkan untuk dipentaskan ketika acara bersih desa. Di daerah itu, yaitu jatuh pada setiap hari Senen legi yang jatuh pada bulan Sura. Ketika diadakan acara bersih desa selalu penyajian tari Beskalan di Pundhen Kidal (dekat dengan candi Kidal). Sementara di lain desa, seperti di dusun Tulus Besar – Tumpang, Tari Beskalan disajikan sebagai sarana ritual di Pundhen mbah Mangundharmo.
Waktu Rasimun masih remaja dan beliau memang sudah pandai menari, beliau yang selalu menarikan tari Beskalan pada setiap acara bersih desa. Memang waktu itu tidak boleh menghadirkan tari Beskalan yang ditarikan oleh wanita, entah beliau tidak tahu betul alasannya. Tetapi sekarang sudah tidak mematuhi ketentuan itu. Seperti tampak pada foto tari Beskalan yang dibawakan oleh Nyi. Elisabet Karen Sekararum, istri M. Soleh Adi Pramono, pimpinan Padepokan Seni Mangundharmo – Tumpang.
terima kasih untuk postingannya.
BalasHapus