Tata Busana Tari
Tata busana yang dikenakan untuk tari Beskalan ini merupakan busana yang
khas, yaitu ketika jenis tarian dikenakan oleh penari putra yang diseni
pertunjukan ludruk lasim disebut Wedokan. Dan juga berkaitan dengan
awal perkembangan tari remo putri, masyarakat menyebut dengan pakian
lanang. Menurut Karimoen, bahwa tradisi laki-laki menarikan tari putri
ini suatu bentuk perwujudan yang bermakna ritual, yaitu dapat
dianalogikan dengan keberadaan Semar, yang dapat dipahami sebagai
pemaknaan tentang ketidak jelasan yaitu Samar-samar (Maya). Sehingga
Semar juga disebut sebagai Lurah Bodronoyo. Demikian pula dengan peranan
penari putra yang menarikan tari putri, disana akan tampak ketidak
jelasan jenis kelamin. Hakekat dari semar yang ditunjukan tidak memiliki
kejelasan jenis kalamin (Tidak laki-laki dan juga tidak perempuan)
adalah hakekat dari keabadian. Pemikiran ini merupakan suatu konsep yang
paling mendasar dari kebudayaan masyarakat petani (Agraris), karena
orentasi utama adalah tentang kesuburan.
Istilah Pakian Lanang, hal ini dikarenakan pakian ini memakai celana,
sedang bagian yang lain hanya ditutup oleh kain yang disebut Semyok
(rapek). Melihat bentuk dan bahan untuk menghiasi pakian tersebut, bahwa
dipastikan tarian ini telah mengalami perjalanan yang panjang (kuno).
Setidaknya menurut Chattam AR, bahwa menyimak foto tari Beskalan yang
dikoleksinya, yaitu pose penari Beskalan yang berkembang di tahun
1930-an. Menunjukan bahwa pergaulan berksenian di Malang mungkin telah
luas, bahkan tidak sekedar sebagai bentuk tari yang menjadi kebanggaan
dan milik rakyat pada umumnya. Tetapi dimungkinkan lebih jauh, yaitu
sebuah tarian yang telah diminati oleh kalangan masyarakat elite waktu
itu. Chattam AR merasa yakin, kalau tari Beskalan itu bukan tari yang
tumbuh sekitar awal abad XX, tetapi bisa jadi telah hadir lebih lama
lagi sebagai tari ritual. Menyimak keberadaan tari Beskalan yang
ditarikan oleh penari putra, AM Munardi (Almarhum) pernah menjelaskan
pada M. Soleh Adipramono. Bahwa ciri utama tari transvestit (tari putri
yang dibawakan oleh penari putra) adalah ciri tari ritual yang
ditumbuhkan oleh budaya Hindhu, yaitu adanya Devadasi, yaitu
penari-penari waria (Wanita-pria) yang menjadi penari candi-candi
Hindhu. Maka jika menyimak penjelasan di sebut di atas, maka tidak
mustahil kalau tari Beskalan memang memiliki sejarah yang panjang,
bahkan bentuk busana yang demikian itu memang memiliki kekhasan
tersendiri yang tidak terdapat pada jenis-jenis tari yang lain.
Penggunaan Semyok yang juga dikenal istilah rapek berserta pedangannya
hanya terdapat pada busana tari putra yang ada di istana Mangkunegara –
Surakarta. Sementara untuk tari putri Jawa tidak ada yang memakai busana
sejenis itu, tetapi tari-tari putri senantiasa menggunakan kemben dan
menggunakan jarit (kain panjang bermotif batik).
Disamping penggunaan semyok dan pedangan yang juga lasim digunakan
oleh tokoh-tokoh putra pada Wayang Topeng Malang, juga digunakan
Gongseng (Genta-genta kecil yang diikatkan pada kaki kanan penari). Ini
membuktikan adanya suatu bentuk simbolisme, menurut chattam AR yang
diterima dari pendapat mbah Semo. Bahwa genta kecil itu adalah bulat,
yaitu kebulatan sesuatu yang menunjukan adanya kesatuan isi dan bentuk.
Artinya adanya bentuk luar sebenarnya juga menunjukan bentuk dalamnya
(Jaba-jero). Sehingga makna genta-genta kecil yang digunakan untuk
menari wanita memiliki kaitan ritual, yaitu adanya hentakan kaki kebumi.
Hentakan itu akan menimbulkan suara yang gemerincing, yaitu menandakan
suatu berbubahan yang akan terjadi, hal ini menunjukan adanya suatu
sifat dari adanya pertumbuhan. Tentunya akan berkaitan dengan makna
tentang kesuruban itu sendiri.
Untuk tari Beskalan yang berkembang di Malang bagian Timur, utamanya
di daerah Gelagah Dowo–Tumpang. Menurut Rasimoen: Tari Beskalan yang
ditarikan di Pundhen Kidal (Candi Kidal) selalu menggunakan Keris
Blangkrak (Keris laki-laki).
Berkaitan dengan penggunaan gongseng dan keris ini, maka dalam
perwujudan struktural yang berkaitan dengan karakteristik tari. Tari
Beskalan memiliki penampakan fisik yang gagah, memiliki gerakan yang
tegas, dan selalu diberikan aksentuasi tepakan kendang sebagai ujud
untuk memberikan kemantapan geraknya. Ini menunjukan bahwa tari Beskalan
menunjukan suatu bentuk ungkapan penari putri yang lincah, tegas dan
dinamis.
Adapun tata busana penari Beskalan yang sekarang berkembang di masyarakat malang, sebagai berikut:
1. Sanggul Jawa (gelung Jawa ) dengan hiasan cunduk mentul
2. Giwang (Suweng)
1. kalung sungsung
2. mekak (kemben bordil)
3. Sabuk timang
4. Stagen
5. Semyok (Rapek sungsun)
6. Pedangan kanan-kiri
7. Kaus kaki panjang (kaos bola)
8. Gongseng (Genta-genta kecil)
9. Keris (bisa tidak dikenakan)